TEMBILAHAN (www.detikriau.org) – Hutan mangrove (bakau) di Kabupaten Indragiri Hilir, kondisinya kini semakin mengkhawatirkan. Hal itu dikarenakan masih belum adanya upaya rehabilitasi yang dilakukan oleh Pemerintah secara maksimal, serta adanya ekploitasi yang dilakukan oleh warga atau perusahaan.
Akibat perihal tersebut diatas, akhirnya memberikan dampak negatif yang cukup signifikan, mulai dari rusaknya ekosistem mangrove dan fauna yang hidup di dalamnya, lebih-lebih lagi kerusakan mangrove tentunya makin mempercepat abrasi daratan untuk daerah pesisir.
Seperti dikatakan oleh Nurbaini (45) seorang pemerhati hutan warga Kecamatan Pelangiran mengungkapkan, makin cepatnya proses abrasi dikawasan tepi sungai seperti yang terjadi di perairan Mandah hingga menuju Desa Teluk Lanjut akibat hutan mangrove makin berkurang.
“Jika hutan mangrove terus di eksploitasi seperti sekarang ini, tanpa memikirkan pelestariannya, kedepan sudah barang tentu banyak daratan yang tenggelam oleh terjangan abrasi.”katanya.
Saat ini dikatakan Nurbaini bahwa untuk mangrove yang masih tersedia hampir di sepanjang bibir pantai dan sungai, paling hanya ada berkisar antara 30-50 meter. Sedangkan bagian dalamnya hampir semuanya sudah tidak ada lagi.
“Harusnya mulai dari sekarang harus ada upaya menyeluruh dari seluruh elemen, hal ini untuk menyelamatkan hutan mangrove. Kalau tidak, kedepan nanti jangan sampai kita menyesali buah dari perbuatan akibat pembalakan liar,”jelasnya.
Pantauan lapangan, kondisi hutan mangrove Inhil semakin hari semakin sangat mengkawatirkan. Meski sudah ada upaya dari Dinas Kehutan untuk melakukan kegiatan reboisasi, namun jika tidak diperhatikan secara serius, bukan tidak mungkin nantinya akan terjadi abrasi terutama untuk kawasan yang ada di bibir sungai.(dro/*e)


BERITA TERHANGAT
Setelah Keliling Inhil, Caleg DPR RI Muhammad Tonas Bertekad Perjuangan Tarif Speedboat Murah
Iklan Camat Pulau Burung
Iklan Kecamatan Kateman