JAKARTA (www.detikriau.wordpress.com) – Pengasapan atau fogging asal-asalan, dengan cara mengoplos sembarang pestisida berdampak fatal. Di antaranya, memicu resistensi atau kekebalan terhadap nyamuk demam berdarah. Karena sudah menjadi super, nyamuk-nyamuk tersebut tidak mempan lagi dengan fogging biasa.
Peneliti Utama Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Prof Supratman Sukowati menyampaikan, nyamuk-nyamuk kebal itu sudah ditemukan di tega tempat. Yaitu, Denpasar, Bogor, dan DKI Jakarta.
Meski sudah mulai kebal, lanjut Supratman, namun resistensinya masih belum sempurnya. Artinya, masih bisa diatasi dengan jenis pestisida tertentu. “Saya tidak bisa sebutkan nama pestisida yang sudah tidak mempan lagi. Yang jelas masih ada penggantinya,” tutur dia.
Munculnya nyamuk-nyamuk yang sudah tidak mempan dengan sejumlah pestisida ini, dipicu perilaku manusia sendiri. Terutamanya mereka yang sering melakukan fogging sembarangan. Pengasapan di luar kegiatan yang dikomando puskesmas, biasanya sering muncul ketika musim kampanye. Fogging model ini, biasanya dilakukan asal-asalan.
“Kita menyebutnya fogging gado-gado,” kata dia. Maksudnya, fogging dilakukan dengan mengoplos beberapa jenis pestisida. Celakanya, penggagas fogging swasta ini mengklaim lebih bagus hasilnya.
Supratman mengingatkan, pestisida yang dioplos akan mengalami interaksi kimiawi. Interaksi kimiawi inilah yang kemudian mempercepat terjadinya resistensi pada nyamuk. Selain itu, pengoplosan bisa merusak keseimbangan alam atau lingkungan. Misalnya, asap yang dikeluarkan dari fogging “gado-gado” ini justru membunuh hewan-hewan musuh alami nyamuk. Seperti cicak.
Untuk itu, dia berharap dinas kesehatan kabupaten atau kota benar-benar memantau aktivitas fogging di luar kegiatan puskesmas atau institusi kesehatan resmi, seperti rumah sakit dan sejenisnya. Apalagi, sebenarnya pemerintah sudah mengeluarkan sertifikasi tenaga fogging. Tujuannya untuk keamanan tenaga fogging sendiri dan masyarakat objek pengasapan. Jika masih belum ada petugas swasta bersertifikat, bisa meminta bantuan petugas resmi yang sudah disiapkan di tingkat puskesmas.
Secara keseluruhan, fogging yang resmi maupun yang tidak resmi, bukan termasuk upaya penanganan demam berdarah yang dianjurkan. Sebab, fogging hanya bersifat sementara untuk menanggulangi nyamuk. Jika tidak ada angin besar, asap dari fogging hanya mampu melindungi sekitar 20 menit sampai 30 menit. Belum lagi, ada nyamuk yang semakin pandai dengan berlindung di balik kelambu atau baju-baju untuk menghindari pengasapan.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, upaya pemerintah memerangi demam berdarah perlu kerjasama dengan masyarakat. Masyarakat diimbau untuk terus meningkatkan kegiatan 3M Plus. Yaitu menguras dan menutup bak atau penampungan air bersih, mengubur barang bekas yang bisa menjadi sarang nyamuk, serta mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembangbiak nyamuk aedes aegypti.
Laporan tahunan yang masuk ke Kemenkes menyebutkan, mulai Januari hingga November tahun ini, demam berdarah menyerang 49.577 orang, 404 orang di antaranya meninggal. “Kecenderungan setiap tahun, angka kematian bisa kita tekan,” tandasnya. Namun angka orang yang terjangkit masih sering naik dan turun. (jpnn.com)


BERITA TERHANGAT
Di Halalbihalal IPDN Jatinangor Wamendagri Bima Arya Tegaskan Komitmen Dukung IPDN Lahirkan Lulusan Berkarakter
Isu Dugaan Pengawalan Preman Menuju Universitas Malahayati Dibantah oleh Dandenpomal Lampung : Kami Datang Berdasarkan Surat Perintah dan permohonan Pihak Yayasan
Gubri Abdul Wahid Hadiri Kegiatan Penguatan dan Percepatan Pembangunan Daerah PKB