10 Desember 2025

Media Ekspres

Mengulas Berita dengan Data Akurat

Infeksi Zika Serang Ibu Hamil dan Bayi

Bagikan..

Detikriau.org – Berbagai penyakit baru kerap bermunculan di seluruh belahan dunia. Baru-baru ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Brasil telah melaporkan bahwa warganya banyak yang terinfeksi virus Zika.
Dari laporan yang ada, telah ditemukan dua wanita yang bayi dalam kandungannya ternyata menderita microcephaly atau kondisi kepala dan otak bayi tidak berkembang dan berukuran kecil. Kemudian, pada 28 November 2015, mereka kembali menemukan virus Zika pada jaringan otak bayi yang meninggal dengan kondisi microcephaly.

Sebelumnya, infeksi Zika ini sudah terjadi di French Polynesia. Kala itu diduga telah ditemukan 17 bayi dengan gangguan susunan syaraf pusat. Kelainan pada bayi tersebut juga diklaim berhubungan dengan infeksi virus Zika.

Menurut peneliti kesehatan global Universitas Oxford, Prof Trudie Lang, sepanjang 2015, ada 2.700 bayi dengan kondisi microcephaly di Brasil. Angka ini meningkat dari 105 kasus pada sepanjang 2014. “Ini menjadi masalah dunia, tidak hanya bagi Brasil. Berbagai penelitian terus kita upayakan untuk mengetahui potensi ancaman virus ini bagi kita,” ungkap Lang, seperti yang dilansir Reuters, Senin (11/1).

Sementara itu, beberapa dokter di Brasil saat ini bahkan menganjurkan agar warganya menunda kehamilan pada musim hujan ini. Soalnya, virus Zika dapat mengancam para ibu hamil melalui penularan nyamuk Aedes aegypti.

Di sisi lain, sebagian besar pakar internasional belum terlalu meyakini ada tidaknya hubungan langsung antara infeksi virus Zika dan kejadian microcephaly pada bayi yang lahir di Brasil. Virus Zika sebenarnya bukanlah termasuk golongan penyakit baru. Virus ini ditemukan pertama kali di Uganda pada 1947 pada seekor monyet di Hutan Zika. Nama Zika sekaligus diambil dari nama hutan tersebut.

Kemudian pada 1948, virus ini ditemukan pada nyamuk Aedes africanicus dan pada 1954 ditemukan pada manusia di Nigeria.

Menurut mantan kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes, Prof dr Tjandra yoga Aditama SpP(K) MARS DTM&H DTCE, infeksi virus ini mirip dengan deman berdarah dengue (DBD), namun gejalanya lebih ringan. Biasanya terdapat bercak merah di kulit, demam, nyeri kepala, dan mata terasa panas dan conjunctivitis.

Mantan direktur jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes ini juga mengatakan, beberapa waktu lalu infeksi virus ini diduga dihubungkan dengan gangguan susunan saraf pusat dalam bentuk microcephaly dan retardasi mental.

“Virus Zika juga tergolong Flavi virus, tadinya bentuknya hanya seperti demam berdarah tapi lebih ringan, ada juga yang menyebutkannya sebagai bentuk ringan dari penyakit Chikunguya. Penularan melalui gigitan nyamuk Aedes, tapi ada juga laporan melalui seks atau trans plasental, walaupun amat jarang,” ungkapnya.

Hingga saat ini, kata dia, penelitian terus dilakukan guna mengetahui lebih dalam mengenai virus tersebut. Dari peta epidemi, dunia pun menyebutkan negara Asia termasuk daerah yang memungkinkan seseorang terkena virus Zika, namun masih dalam kadar yang ringan.

“Sejauh ini, tidak pernah ditemukan kasus virus tersebut di kawasan Asia. WHO pun masih mengamati kejadian virus Zika di Brasil dengan seksama dan sejauh ini belum ada langkah internasional yang dilakukan guna memberantas virus ini,” kata dia. reuters ed: dewi mardiani. republika