PEKANBARU (www.detikriau.org)-Desakan masyarakat agar pemerintah mengelola seluruh blok minyak dan gas (Migas) terus digulirkan. Pasalnya, selama ini banyak potensi alam di Indonesia terutama minyak dan gas dikelola pihak asing yang kadang dana bagi hasilnya terasa tidak adil.
Wacana tersebut terungkap dalam diskusi nasionalisasi Migas yang diadakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pekanbaru bersama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Riau, Forum untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Riau di kantor sekre tariat AJI di Jalan Wiraswasta 2 No 33A Pekanbaru, Selasa (16/4) dengan tema ”Merebut Peluang Blok Migas di Riau”.
Diskusi dihadiri oleh perwakilan KAMMI Riau dari beberapa universitas di Pekanbaru. “Yang kita dorong adalah dana bagi hasil Migas (DBH) yang berkeadilan. Terlepas siapa yang mengelola, apakah pemerintah pusat maupun daerah,” ujar Agung Nugroho, ketua KAMMI Riau.
Menurut Agung, selama ini kita tak punya kedaulatan sebagai tuan di negeri sendiri. ”Kita yang punya sumber daya alam, tapi DBH kok yang kita terima kecil sekali. Ke depan sebagai negara berdaulat kita harus punya daya tawar yang tinggi,” imbuhnya.
Ketua AJI Pekanbaru Ilham Muhammad Yasir menilai, perlu suatu langkah bersama yang terencana. Langkah yang dilakukan KAMMI sudah tepat. “Menggunakan jaringan dari tingkat nasional hingga daerah. Tapi ketika bicara merebut blok Migas di Riau, leading-nya adalah kawan-kawan di Riau,” ungkap Ilham.
Disebutkan Ilham, kita juga harus belajar saat merebut Blok Pekanbaru. Terlepas plus minusnya, secara konsep perjuangan di daerah cukup bagus. Tapi, ketika berhasil cita-cita menjadikan DBH Migas yang berkeadilan bagi rakyat ternyata masih jauh dari harapan,” imbuhnya.
Sementara Koordintor Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Riau, Usman mengungkapkan, masalah DBH sebenarnya terletak pada pemerintah Indonesia sendiri. “Yang sebenarnya menjadi pecundang tentang blok Migas terutama masalah dana bagi hasil bukanlah orang asing, tapi pemerintah Indonesia sendiri,” katanya.
Lanjut Usman, seharusnya masyarakat Riau lebih banyak menikmati dana bagi hasil atau dana CSR bukan malah menikmati dampak dari eksplorasi sumber daya alam yang sudah sekian lama berlangsung.
Nofriandi Yulan, salah seorang pengurus KAMMI Riau, diakhir diskusi mengapresiasi diskusi tersebut. Mantan Presiden BEM Unri ini berharap agar dapat bersama-sama memperjuangkan keadilan masyarakat dalam mengelola SDA nya sendiri. “Perjuangan kita adalah keadilan dan kemakmuran masyarakat. Karena ekonomi kita belum sepenuhnya terlepas dari penjajahan asing,” tutupnya.(rls)


BERITA TERHANGAT
PGRI Riau dan Polda Riau Sepakat Perkuat Perlindungan Hukum Guru dan Gerakan Green Policing
Polda Riau Lanjutkan Operasi PETI di Inhu, Dorongan Masyarakat Jadi Spirit Utama
Sidang Praperadilan Aldiko Putra Kembali Ditunda, Polres Kuansing Dinilai Gagal Menyiapkan Pembelaan