Kemenangan Jokowi di pilkada Jakarta memang fenomenal. Hanya dengan dukungan dua parpol, dia bisa mengalahkan calon incumbent yang didukung oleh koalisi multi partai. Strategi kemenangan Jokowi pun menjadi bahan pembicaraan. Dari omongan serius di dalam ruang kampus sampai obrolan ringan di warung angkringan.
Keberhasilan Jokowi kini mulai ditiru oleh para calon yang bersaing di pilkada. Di pilkada Jawa Barat, pasangan Rieke Diah Pitaloka dengan Teten Masduki menggunakan kemeja kotak-kotak ketika deklarasi. Begitu juga dengan pilkada Kabupaten Tangerang, pasangan Ahmad Suwandi dan Muhlis yang diusung PDIP dan PAN memakai kemeja kotak-kotak di poster dan spanduk sosialisasinya. Mereka ingin meniru strategi yang pernah digunakan pasangan Jokowi-Ahok.
Pertanyaannya bisakah strategi kemenangan Jokowi difotokopi dan digunakan untuk memenangkan pilkada di daerah lain?
Secara teori mungkin saja. Kita bisa ambil contoh pemasaran produk yang sukses. Strategi pemasaran produk yang berhasil di pasar bisa ditiru oleh produk lain. Hal yang sama juga mungkin dilakukan di arena politik. Strategi yang digunakan pemenang pilkada Jakarta bisa dicontek habis dan diaplikasikan di daerah lain. Seperti mesin fotokopi yang menghasilkan salinan yang sama persis dengan aslinya.
Beberapa strategi yang digunakan Jokowi-Ahok yang terbukti bisa menarik simpati masyarakat adalah:
1. Pakaian khas kemeja kotak-kotak yang kemudian menjadi trend sebagai simbol pasangan ini.
2. Keluar masuk kampung & berdialog langsung dengan masyarakat.
3. Liputan media gratis.
4. Tim relawan dan penggalangan dana kampanye secara swadaya yang berasal dari masyarakat.
5. Penokohan sebagai pemimpin yang merakyat, sederhana dan berpengalaman.
Sebagian strategi tersebut dapat dengan mudah ditiru. Penggunaan kemeja kotak-kotak mungkin yang paling mudah dilakukan. Cara kampanye dengan keluar masuk kampung, pasar, tempat kumuh dan sebagainya tidak sulit diikuti. Pembentukan relawan dan penggalangan dana swadaya juga bisa saja diadopsi.
Namun yang sulit dan tidak mudah dicontek adalah penokohan. Jokowi menjadi pemimpin tidak dalam hitungan hari. Penokohan beliau sebagai calon gubernur sudah dilakukan beberapa tahun sebelum pilkada diadakan. Karakternya sebagai pemimpin yang merakyat dimulai dari penampilan dengan pakaian yang sederhana. Cara berbicara yang ceplas ceplos seperti rakyat biasa. Bukan gaya bicara yang “jaim” dengan bahasa “tinggi” yang terkadang sulit dimengerti rakyat jelata.
Memang ketokohan dan popularitas Jokowi juga tidak dilepaskan dari konsultan politik yang berada di belakangnya. Mereka selalu memberikan saran dan bantuan untuk mendukung keberhasilan. Konsultan politik bisa disewa oleh siapa saja. Namun karakter seorang pemimpin tidak mudah dibentuk. Karakter pemimpin adalah kumpulan dari pemikiran, kebiasaan dan tindakan yang terus menerus dilakukan.
Jadi meniru strategi kemenangan Jokowi bukanlah hal yang tidak mungkin. Namun tidak bisa seperti memfotokopi selembar kertas yang hanya membutuhkan hitungan detik. Siapapun yang ingin menirunya perlu waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan diri. Dimulai dari memunculkan karakter pemimpin yang sederhana.
Anda mau? Mulailah sekarang juga…
sumber: http://blogfarhan.com


Amun di Inhil kd mungkin. Gayanya balabih! Ada nang gaya balabih sugih, ada jua nang jualan penderitaan hidupnya. Beda awan Jokowi, orangnya sederhana, bepandirnya lamah lambut, kada sombong, rajin mengaji, dan pintar menabung.