Jakarta – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah kian menunjukkan penguatan. Pada hari ini rupiah anjlok ke posisi terdalamnya tahun ini di angka Rp 14.600-an.
Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartaty mengatakan, nilai tukar rupiah ditentukan lewat permintaan dan penawarannya oleh para investor. Kondisi neraca perdagangan yang defisit membuat rupiah terus menjauh dari kata stabil.
Tekanan terhadap current account deficit (CAD) dinilai masih tinggi, apalagi menjelang akhir tahun Indonesia membutuhkan banyak sekali transfer devisa seperti pembayaran upah tenaga kerja asing dan impor.
“Sehingga tekanan ini yang dikalkulasi oleh pasar apakah ketersediaan valas yang kita hasilkan dari ekspor itu cukup nggak memenuhi valas untuk kepentingan-kepentingan tersebut. Apalagi kalau kita lihat memang tren harga minyak dunia ini masih belum berhenti sehingga itu berpotensi untuk terjadinya defisit neraca perdagangan dari sektor migas,” katanya saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta, Senin (13/8/2018).
Hal ini menurut Enny membuat dolar kian perkasa terhadap rupiah tak hanya faktor kenaikan bunga acuan the Fed. Faktor peristiwa politik di dalam negeri juga dianggap menyumbang sentimen negatif terhadap rupiah.
“Tetapi peristiwa politik ini hanya trigger, jangka temporrary. Sehingga kuncinya adalah faktor fundamental tadi. Dan sekali lagi itu bukan kebijakan fed fund rate, karena kebijakan itu sudah diketahui seluruh dunia sejak dua tahun lalu. Sehingga yang harus benar-benar dievaluasi adalah kinerja dalam negeri kita dan paling langsung adalah kinerja neraca perdagangan dan pembayaran,” ujar Enny.
sumber: detikcom


BERITA TERHANGAT
Di Halalbihalal IPDN Jatinangor Wamendagri Bima Arya Tegaskan Komitmen Dukung IPDN Lahirkan Lulusan Berkarakter
Isu Dugaan Pengawalan Preman Menuju Universitas Malahayati Dibantah oleh Dandenpomal Lampung : Kami Datang Berdasarkan Surat Perintah dan permohonan Pihak Yayasan
Gubri Abdul Wahid Hadiri Kegiatan Penguatan dan Percepatan Pembangunan Daerah PKB