Tembilahan (www.detikriau.org) – Keluarga pasien program Asuransi Kesehatan (Askes) mengeluhkan pelayanan kesehatan yang diterima oleh keluarganya. Ia mengkritik kurang tranparannya biaya yang menjadi tanggungan program askes dengan yang tidak menjadi tanggungan termasuk masalah penyediaan obat-obatan.
Keluhan ini disampaikan oleh keluarga pasien yang meminta namanya untuk tidak dipublikasikan. Senin (17/6) yang lalu.
Diceritakannya, dengan mengantongi kartu askes, akibat serangan darah tinggi, keluarganya dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Puri Husada di Tembilahan. Karena merasa khawatir dengan kondisi kesehatan semakin memburuk, pasienpun dimintakan keluarga untuk melakukan rawat inap.
Malam itu, petugas medis memberikan resep obat-obatan yang harus ditebus, tanpa sedikitpun menurutnya adanya penjelasan apakah resep obat itu menjadi tanggungan program askes atau tidak.”Terus terang saya cukup kaget, ketika ditebus, saya terpaksa harus merogoh uang pembayaran Rp. 300 rb lebih. Kekesalan saya bukan masalah uangnya tetapi yang menjadi rekaman dibenak saya, pasien adalah peserta program askes dan menurut saya akan mendapatkan pengobatan secara gratis sesuai program jaminan kesehatan yang dirinya menjadi peserta,” Ujarnya memulai cerita.
Pertanyaan dibenaknya kembali menyeruak, malam itu, ia mengetahui tidak seluruh obat yang ditebus tersebut habis dikonsumsi dan pagi harinya, obat-obatan yang diberikan kepada pasien yang merupakan keluarganya sudah berbeda. Ia mempertanyakan kemana sisa obat-obatan yang sudah ditebus malam sebelumnya.
Dari hasil komfirmasi yang dilakukannya kepada pihak RSUD, Keluarga pasien mendapatkan keterangan bahwa untuk pengambilan obat-obatan pasien peserta askes hanya bisa dilakukan di salah satu apotik yang sudah ditunjuk. Namun sayangnya apotik tersebut tidak buka 24 jam.
“saya hanya mempertanyakan jika pasien masuk dimalam hari seperti kasus yang menimpa keluarga saya dan apotik yang ditunjuk sudah tutup karena memang tidak beroperasional 24 jam, apakah artinya peserta askes harus merogoh kantong sendiri untuk menebus obat-obatan yang semestinya bisa didapatkannya dengan gratis?” Ujarnya sambil juga bertanya terkait visite dokter yang juga dijadikan beban yang harus dibayarkan pasien.
Dalam kesempatan itu keluarga pasien juga menyampikan kabar miring yang diterimanya bahwa adanya dugaan yang beredar dimasyarakat bahwa oknum dokter tertentu juga menginvestasikan obat-obatan yang dititip ke apotik dan kemudian obat-obatan itu nantinya akan diresepkan kepada pasien untuk ditebus.
Terkait dengan keluhan yang disampaikan keluarga pasien ini, Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan, dr. Irianto ketika dikomfirmasi di ruang kerjanya, Selasa (18/6) menyatakan bahwa tidak semua obat-obatan menjadi tanggungan program askes. Penunjukkan apotik yang akan melayani pasien askes menurutnya bukanlah kewenangan pihaknya tetapi langsung ditunjuk oleh pihak pengelola Askes.
“Tidak ada istilah tidak boleh untuk memberikan resep yang harus ditebus oleh peserta askes kecuali untuk peserta Jamkesmas maupun Jamkesda. Ini prinsipnya yang terlebih dahulu harus dipahami termasuk juga tidak semua jenis obat-obatan menjadi tanggungan askes. Sedangkan apotik Ganda Farma yang ditunjuk untuk melayani peserta Askes bukan wewenang RSUD tetapi langsung ditunjuk oleh pihak Askes.”Jawab dr Irianto mengawali komfirmasi namun juga membenarkan bahwa untuk obat-obatan darah tinggi sebenarnya masuk dalam salah satu jenis obat-obatan yang menjadi tanggungan program Askes.
Tidak beroperasionalnya apotik yang menjadi pelayan pasien askes selama 24 jam penuh disampaikan Irianto juga menjadi salah satu kendala, termasuk untuk memberikan pelayanan bagi peserta askes yang masuk dimalam hari. Untuk melakukan tindakan medis terhadap pasien, dengan kondisi ini petugas medis terpaksa harus membuatkan resep yang harus ditebus ke apotik yang bukan menjadi langganan Askes.
Kebijakan pemberian resep tersebut dikatakan Irianto sekali lagi tetap dibenarkan dengan catatan disetujui oleh pasien maupun keluarga pasien peserta askes.
Jika pihak RSUD mau berlaku ketat dengan mengikuti aturan yang mengharuskan pasien menebus obat di apotik langganan Askes, dan disaat malam hari, apotik tersebut tutup, artinya RSUD tidak perlu memberikan obat kepada pasien.
“Kalau itu yang kami lakukan, siapa yang rugi?. Makanya untuk melakukan tindakan medis kita terpaksa harus membuatkan resep. Sebenarnya kita sudah mengajukan usulan kepada pihak Askes agar penebusan obat-obatan peserta Askes cukup dilakukan di RSUD, tapi itu masih belum disetujui,”Perjelas Irinato.
Kembali dijelaskan Irianto, untuk obat-obatan yang diresepkan, jika tidak habis terpakai, sisanya harus dikembalikan kepada pasien ataupun keluarga pasien.
Ketika kembali dipertanyakan terkait berita miring bahwa oknum dokter juga ikut berinvestasi dalam bentuk obat-obatan, Irianto membantah.”Tak ada itu, lagi pula resiko investasi juga tinggi karena belum tentu obat tersebut akan habis. Tapi yang jelas, penunjukan apotik Ganda Farma sebagai langganan peserta Askes bukan kebijakan kita. Jadi tak ada kepentingan kita disitu,” Elak Irianto mengakhiri. (dro)


BERITA TERHANGAT
Tindak Pidana Curanmor 9 TKP Libatkan Anak Di Bawah Umur Diungkap Polres Inhil
BPBD Inhil Terjunkan Tim untuk Padamkan Kebakaran Lahan di Desa Bayas Jaya, Kecamatan Kempas
Polres Inhil Ungkap Jaringan Narkotika Internasional, Amankan Shabu Hampir 3 Kg dan Puluhan Ekstasi