10 Desember 2025

Media Ekspres

Mengulas Berita dengan Data Akurat

Keutamaan Mengingat Kematian dan Bagaimana Caranya ?

Bagikan..

matiAda beberapa hadist Rasulullah s.a.w yang menjelaskan keutamaan mengingat kematian itu, diantaranya;
1. “Perbanyakkanlah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan (kematian)”. (Diriwayatkan oleh Tirmidzi)

2. Mengingat kematian dapat melebur dosa dan berzuhud: “Perbanyaklah mengingat kematian, sebab yang sedemikian itu akan menghapuskan dosa dan menyebabkan timbulnya kezuhudan di dunia. (diriwayatkan oleh Ibnu Abiddunya)

3. Kematian sebagai penasehat pada diri sendiri: “Cukuplah kematian itu sebagai penasehat” (Diriwayatkan oleh Thabrani dan Baihaqi)

4. Orang yang tercerdik adalah orang yang terbanyak mengingat kepada kematian: “Secerdik-cerdiknya manusia iayalah yang terbanyak ingatnya kepada kematian serta terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang yang benar-benar cerdik dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat. (diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan ibnu Abiddunya)

Abdullah bin Muthrif berkata: Kematian itu akan melenyapkan kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang yang yang diliputi oleh kenikmatan itu. Oleh sebab itu carilah kenikmatan yang tidak ada kematiannya yakni yang tidak ada habisnya.

Ketahuilah bahwa orang yang senantiasa berkecimpung dalam kemewahan keduniaan, yang tenggelam karena tertipu keindahannya serta yang amat mencintai kesyahwatan-kesyahwatan serta kesenangan-kesenangannya, pastilah terlupa hatinya mengingat akan kematian itu. Bahkan ia tidakakan mengingat sama sekali bahwa pada suatu ketika ia juga akan mati. Jikalau diingatkan oleh orang lainpun, ia akan membencinya dan malah lari dari nasihat yang baik itu. Golongan manusia yang semacam inilah yang disebut Allah Ta’ala dalam firmanNya:

katakanlah bahwa sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri daripadanya itu, pasti akan menemui kamu. Kemudian kamu semua akan dikembalikan kepada dzat yang maha mengetahui segala yang ghaib seta yang nyata. Selanjutnya ia akan memberitahukan kepadamu semua apa-apa yang kamu lakukan“. (S Jumu’ah 8)

Seseorang yang mengingat kematian itu ada tiga macam keadaannya:

1. orang terperosok di dalam keduniaan
2. orang yang bertaubat,
3. orang yang menyadari terus menerus.

Golongan orang yang pertama yakni yang sudah terperosok kelembah keduniaan, lazimnya jarang sekali ia akan mengingat-ingat akan kematian itu. Kalaupun ia mengingatnya pada suatu saat, maka yang tampak ialah bagaimana jika ia sudah meninggal dunia, tentu harta bendanya tidak akan dibawanya serta. Jadilah ia akan betul-betul bersedih hati menemui kematian itu. ia menyedihkan hartanya yang banyak, sebab bagaimanapun juga pasti akan ditinggalkan. Orang semacam ini terus juga mencela kematian dan seolah-olah enggan untuk menghadapinya. Oleh sebab itu, jika ia ingat kepada kematian, tidaklah akan mendekatkan diri pada Allah Ta’ala melainkan makin jauh jua.

Golongan orang yang kedua ialah orang yang bertaubat. Ia kan memperbanyak ingatan akan kematian itu dengan tujuan agar timbul ketakutan dan ketaqwaan dalam qalbunya. dengan demikian dapatpula menyempurnakan ketaubatan yang dilakukannya.

Mengenai golongan orang yang ketiga adalah orang yang sadar dan mengetahui duduknya persoalan kematian itu. Ia senantiasa akan ingat dengan kematian dan dengan tabah akan menghadapi kedatangannya. Sebabnya ialah karena ia sadar pula bahwa saat kematian itu adalah merupakan saat yang sangat bahagia baginya, ia akan dapat bertemua dengan kekasihnya. Ingatlah bahwa seseorang yang mencintai sesuatu pasti tidak akan terlalai sedikitpun masa pertemuannya dengan siapa yang dikasihnya itu. Kekasih satu-satunya bagi orang yang demikian adalah Allah Subhanu wa Ta’ala.

Bagaimana Jalan Sebaiknya Untuk Mengingat-Ingat Kematian Itu ?

Jalan yang sebaik-baiknya untuk itu adalah dengan memperbanyak kenang-kenangan kepada kawan- kawan atau teman sepergaulan yang sudah terlebih dahulu meninggalkannya. Ingatlah mereka sebentar. Bagaimana kematian mereka itu dab bagaimana akhirnya tempat berdiam dibawah tanah.

Ingat pulalah sejenak rupa mereka-mereka itu, juga kedudukan dan jabatan mereka dikalangan masyarakat. Kenangkan pula bagaimana keadaannya sekarang. Tentunya kebagusan rupa dan kedudukan itu telah dilenyapkan oleh tanah yang menutupinya.

Bagian-bagian tubuhnya tentu sudah tercerai berai di dalam kubur mereka. Masjid dan majelispun akan berkurang karena ditinggalkan emreka itu. Bahkan bekas-bekas apapun dari mereka itu sudah tidak terdapat lagi. Selanjutnya hendaklan diresapkan kedalam hatinya bahwa ia adalah tidakberbeda sama sekali dengan kawan-kawan yang sudah terlebih dahulu berpulang. apa yang akan dialami oleh dirinya sendiri adalah sama dan tepat dengan apa yang dialami oleh mereka itu, akibatnyapun sama.

Nah, dengan pemikiran semacam itu secara terus menerus, terutama sekali saat memasuki kawasan kubur dan diwaktu membesuk orang sakit, pasti sedikit banyak akan mempengaruhi ingatannya kepada kematian yang pasti akan ditemuinya. Ingatan akan keamtian itu akan timbul kembali dalam kalbunya dan oleh karenanya akan berhasrat pula untuk membuat segala persiapan guna menyambut kedatangannya, bahkan mungkin dapat akan menjauhkan dirinya dari tipuan keduniaan.

Apabila disuatu saat dirinya amat terpesona dengan sesuatu benda duniawi, maka seyogyanya selalu mengingat-ingat kembali bahwa ia pasti akan tercerai berai dengan apa yang dicintainya itu. Ia pasti akan meninggalkannya atau benda itu yang akan meningalkannya terlebih dahulu. Apa yang dicintainya itu pasti tidak kekal berada di sisinya.

Terjadi sesuatu peristiwa yaitu Ibnu Muthi’ pada sjatu hari memandang rumahnya yang memang baik, indah dan elok sekali. Ia kagum pada keindahannya itu tetapi kemudian ia menangis. Setelahnya ia berkata, Ah andaikan tidak ada kematian, pasti aku akan mencintaimu dan gembira sekali memilikimu. Yah andaikan kita tidak memasuki liang kubur yang sempit, tentu mata kita akan terpesona selalu oleh harta duniawiah ini”. Sehabis berkata ini, ia meneruskan tangisnya lagi. Semoga Allah Ta’ala merahmati kita sekalian dan orang yang mulian ini.(dro)
Pustaka: Mau’izhatul Mukminin. Ringkasan dari ihya’ ‘Ulumuddin (karangan Imam Al Ghazali)