Pekanbaru-Beberapa lembaga perempuan di Pekanbaru mengagendakan nonton bareng dan diskusi bertema ‘Perempuan dan Korupsi’, Sabtu (15/12), di Gaja Hotel, Jalan Sutomo, Pekanbaru. Peserta kegiatan disasar selain kelompok-kelompok perempuan, juga berbagai unsur masyarakat, mulai lembaga swadaya masyarakat, pusat-pusat studi wanita, organisasi-organisasi perempuan dan lainnya.
Kegiatan digelar masih dalam rangkaian peringatan internasional 16 Hari Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (HAKtP), tanggal 25 November sampai 10 Desember setiap tahunnya. Di antara tanggal tersebut, terselip tanggal 9 Desember yang diperingati sebagai Hari Antikorupsi Internasional. Peringatan 16 HAKtP tahun ini di Pekanbaru dikoordinasikan bersama oleh Yayasan Bunga Bangsa, Rumpun Perempuan dan Anak Riau (RUPARi) serta Divisi Perempuan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Pekanbaru.
Dikatakan Dina Febriastuti dari Divisi Perempuan AJI Pekanbaru, Jumat (14/12), film yang akan diputar nantinya adalah K Vs K (Kita Versus Korupsi), film cerita popular yang menjadi media kampanye antikorupsi produksi bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Transparency International Indonesia (TII).
Setelah nobar digelar, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi publik tentang tema ‘Perempuan dan Korupsi’. Diskusi akan dilakukan
secara lepas dan semua pihak baik pembahas maupun peserta kegiatan memiliki kesempatan sama membahas persoalan tersebut.
Dilanjutkannya, tema ini sengaja diangkat karena tren perempuan dan korupsi menjadi fenomena tersendiri belakangan ini, mengingat banyak ‘tokoh’ dalam kasus-kasus korupsi justru memunculkan sosok perempuan yang selama ini dikesankan sebagai sosok domestik dan berbudi pekerti luhur. “Sebagian pihak bahkan menyatakan ini adalah dampak negatif atau efek samping dari emansipasi wanita yang digaungkan selama ini. Itulah yang harus kita kaji lebih jauh,” ujarnya.
Direktur Rupari, Helda Khasmy, selanjutnya mengungkapkan, kegiatan ini diharapkan jadi permulaan dari kumpul-kumpul berbagai kalangan yang peduli guna membualkan isu-isu perempuan. “Jadi, tidak hanya perempuan saja yang membahas dan mengkaji persoalan-persoalan terkait kesetaraan gender. Kita harap, selanjutnya ini menjadi program dan kegiatan yang dapat digelar secara reguler,” ungkap pendiri lembaga layanan terhadap perempuan korban, RUPARi, tersebut.
Sedang, Herlia Santi, Koordinator Advokasi dan Pendampingan Perempuan Korban Kekerasan Bunga Bangsa, mengungkapkan, diskusi tentang perempuan dan korupsi ini menjadi bengitu penting saat ini. Itu karena perempuan memiliki posisi strategis terkait perannya sebagai pembentuk karakter keluarga yang akan mencerminkan prilaku manusia di luar rumah. Bahkan, lebih jauhnya itu mempengaruhi karakter bangsa. “Untuk itu, perempuan perlu dikuatkan dan itu diawali dengan proses penyadaran. Kegiatan ini merupakan awal dari proses penyadaran tersebut,” ungkapnya. *
BERITA TERHANGAT
PGRI Riau dan Polda Riau Sepakat Perkuat Perlindungan Hukum Guru dan Gerakan Green Policing
Polda Riau Lanjutkan Operasi PETI di Inhu, Dorongan Masyarakat Jadi Spirit Utama
Sidang Praperadilan Aldiko Putra Kembali Ditunda, Polres Kuansing Dinilai Gagal Menyiapkan Pembelaan