Detikriau.org – Manakala seorang hamba di uji oleh Allah, maka mula-mula ia akan melepaskan diri dari ujian atau cobaan yang menyusahkan itu. Jika tidak berhasil, maka ia akan meminta pertolongan kepada orang lain seperti para raja, penguasa, orang-orang dunia atau para hartawan. Jika ia sakit, maka ia akan meminta pertolongan kepada dokter atau dukun. Jika hal initipun tidak juga berhasil maka barulah ia kembali menghadapkan wajahnya kepada Allah, untuk memohon dan meratap kepada-Nya. Selagi ia masih bisa menolong dirinya maka ia tidak akan meminta pertolongand ari orang lain. Dan selagi pertolongan lain masih ia dapatkan, maka ia tidak akan memintakan pertolongan kepada Allah.
Jika pertolongan Allah belum ia dapatkan, maka ia akan terus meratap, shalat, berdoa dan menyerahkan dirinya dengan sepenuh harapan dan kecemasan kepada Allah Ta’ala. Sekali-kali Allah tidak akan menerima ratapannya, sebelum ia memutuskan dirinya dari keduniaan. Dan setelah ia terlepas dari keduniaan, maka akan tampaklah keputusan dan ketentuan Allah pada orang itu dan lepaslah ia dari hal-hal keduniaan. Selanjutnya hanyalah ruh saja;ah yang masih tinggal padanya.
Dalam peringkat ini, yang tampak padanya hanyalah kerja atau perbuatan Allah dan tertanamlah didalam hatinya kepercayaan sesungguhnya tentang Tauhid (Ke-Esaan-Allah)
Pada hakekatnya, tidak ada pelaku atau penggerak atau mendiamkan, kecuali Allah saja. Tidak ada kebaikan dan tidak ada keburukan, tidak ada kerugian dan tidak ada keuntungan, tidak ada faedah dan tidak pula ada anugerah, tidak terbuka dan tidak pula tertutup, tidak mati dan tidak pula hidup, tidak kaya dan tidak pula papa, melainkan semuanya ada ditangan Allah.
Hamba Allah tidaklah ubah sebagaimana anak bayi yang berada dipangkuan ibunya atau seperti orang mati yang sedang dimandikan atau seperti bola dikaki pemain; melambung, bergulir keatas ketepi dan ke tengah, senantiasa berubah tempat dan kedudukan. Ia tidak mempunyai daya dan upaya. Maka hilanglah ia keluar dari dirinya dan masuk kedalam perbuatan Allah semata-mata.
Hamba Allah semacam ini hanya meminta Allah dan perbuatanNya. Yang didengar dan diketahuinya hanyalah Allah. Jika ia melihat sesuatu, maka yang dilihat itu adalah perbuatan Allah. Jika ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka yang didengar dan diketahuinya itu hanyalah firman Allah dan jika ia mengetahui sesuatu maka ia mengetahuinya itu melalui pengetahuan Allah.
Ia akan diberikan anugerah oleh Allah. Beruntunglah ia karena dekat dengan Allah. Ia akan dihiasi dan dimuliakan. Ridhalah ia kepada Allah. Bertambah dekatlah ia kepada Tuhannya. Bertambah cintalah ia kepada Allah. Allah akan meminpin dan menghiasainya dengan kekayaan cahaya ilmu Allah. Maka terbukalah tabir yang menghalanginya dari rahasia-rahasia Allah yang maha agung. Ia hanya akan mendengar dan mengingat Allah yang Maha Tinggi. Maka ia akan senantiasa bersyukur dan shalat dihadapan Allah SWT.
Bersambung ………
Sumber: diterjemahkan oleh Asep Kamal dari kitab Futuhul Ghaib, Karya Syaikh Abdul Qadir Jailani
Dituliskan kembali oleh : Muhammad Faisal


BERITA TERHANGAT
Kisah Hidup: Introveksi Diri Sebelum Sesal Tiba.
Doa Tatkala Dirundung Gundah, Sedih, dan Perasaan Tak Menentu
Ustaz Arifin Ilham: Sudah tidak Shalat Shubuh, Tapi Rayakan Kemirisan