TEMBILAHAN (www.detikriau.org) – PT. Sambu Group diduga berlaku curang dan tidak proporsional dalam menentukan dasar pembelian harga beli kelapa petani. Dugaan ini timbul dikarenakan patokan harga beli kelapa yang ditentukan PT. Sambu Group hanya didasari pada fluktuasi harga pasaran minyak goreng.
Berdasarkan dokumen yang terungkap dalam rapat diruang Komisi II DPRD Inhil yang dihadiri oleh perwakilan Asosiasi Pengusaha Kelapa Rakyat Inhil (Apkari), perwakilan pihak rumusan harga kelapa Fakultas Pertanian Universitas Riau dan Komisi II yang dipimpin ketuanya Junaidi didampingi Sekretaris, H. Bakri H, Anwar serta dua orang anggota Irwandi dan Edy Harianto, senin pagi (15/10), pada dokumen realisasi export PT. Sambu Group tahun 2011 tersebut terlampir 6 komoditas export yakni, Coconut Cream (Santan Kelapa) sebanyak 22.345 ton dengan nilai export US $ 34.391.480 atau Rp. 316.401.615.728, Desicated Coconut(Tepung Kelapa/ Kelapa Parut Kering) sebanyak 6.310 ton senilai US $ 9.123.155 atau Rp. 83.933.028.894, Coconut Powder (Santan Bubuk/Santan Kering) sebanyak 903 ton senilai US $ 3.386.648 atau Rp. 31.157.165.355, Coconut Water (Air Kelapa) sebanyak 7.335 senilai US $ 4.727.843 atau Rp. 43.496.155.140, Colada (Minyak Kelapa) sebanyak 899 ton senilai US $ 1.110.559 atau Rp. 10.217.141.152 dan terakhir adalah Activated Carobon (Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa) sebanyak 1.396 ton senilai US $ 849.813 atau Rp. 7.818.278.837.
Kemudian di dua dokumen yakni, pertama, laporan harga beli kelapa hibrida PT.RSTM (Group Sambu Group) yang berlaku mulai tanggal 21 September 2012 terlampir, harga kelapa bulat kualitas kina, Rp. 850 per butir, kelapa bulat kualitas A, Rp. 600 per butir dan kelapa bulat Kualitas B Rp. 300 per butir.
Dokumen kedua, lampiran harga kelapa dalam yang dikirim ke DPRD Inhil terlampir: point A, Harga Dasar Kopra Rp. 3.000 per 100%. Point B, Harga Kelapa Dalam Bulat kualitas A1 Rp. 1.050, A2 Rp. 850, A3 Rp. 600, dan B2 Rp. 550 per butir. Kemudian di point C, tertulis harga minyak goreng Curah Rp. 9.000 per Kg.
Dari satu butir kelapa secara utuh, patokan harga beli kelapa petani yang diperhitungkan Pt. Sambu Group hanya didasari pada fluktuasi harga komoditas minyak goreng. Padahal, dari buah kelapa secara utuh, perusahaan memproduksi 6 komoditas produk turunan.
Coconut cream, Desicated Coconut, Coconut Powder dan Colada merupakan produk turunan dari daging buah. Dua komoditas export lainnya, yakni coconut water dan activated Carobon bukan produk turunan dari daging buah. Artinya, berdasarkan data realisasi export 2011 saja untuk kedua komoditas produk tersebut petani kelapa Inhil mensubsidi PT. Pulau Sambu Guntung sebesar US $ 5.577.656 atau senilai Rp. 51.316.433.977. (dro/*0)


hal ini harus ditangani secepatnya, kalo perlu diusut lebih jelas biar keadaan kita tidak semakin terpuruk. 🙁
benar sekali… harus ditindak lanjuti,,,, bukan hanya membicarakannya saja….. karena kebanyakan masyarakat riau masih tergantung pada hasil kelapa….
Harus segera kita sikapi dengan serius karena kita masih dijajah oleh PT SAMBU GROUP tinggal PEMDA dan DPRD berpihak kepda siapa rakyat atau PT kta tunggu besok
didalam hidup ini manusia memang tidak ada puasnya dapat harga kelapa rendah teriak minta ampun tapi kalau harga naik /tinggi senyap aja, belajar jadi orang sportif untuk menerima keadaan karena pasaran harga kelapa dunia sekarang ini memang turun kawan.
Menang kami tidak puas karena 1 butir kelapa yang kami kirim ke CWP II diolah menjadi 6 produk export mas bro jadi sering2lah shareeng dengan kami, itu belum sesuai memang betul harga kelapa dunia turun coy tapi berfikirlah dengan hati yang jernih minyak goreng saja tidak turun di pl burung itu contoh nyata atau memang kamu tidak punya kebun kelapa atau orang kaya tapi bagi rakyat miskin seperti ini terasa betul orang terkaya ditempatku tinggalku aja ngeluh
tengok2lah kebawah harge kelae hanye dibayar 600/butir nak beli telor ayam saje tak cuku sedih2….. merampok melanggar hukum banyak rakyat inhil natnye jahet mulut dan mati kelaaran……………tengok2 coy selalu
Mas,….
Coba kita kembali melihat kebelakang dong,…..
dulu sewaktu mas datang kesini bawa apa mas,….. haya pakayan dan uang secukupnya,….
nah sekarang sudah jadi apa mas,….. dikasi kebun atau lahan untuk di olah, kridit katanya, entah sampai sekarang apa sudah lunas, Alualam,….
nah sekarang ini sudah jadi orng besar ya,….. Ajiiib,…. keren ya,….. !!!!!!
mas mas mas ku sekalian, Sadar lah, Cobalah jadi orng tu yang pandai bersyukur dengan apa yang sudah Allah berikan kepada kita,
Santai aja jek,…. koq panas gitu,…..
mas, kalo mau ketemu saya datang aja keparit tiga pbr, yaaaa mas,….
bukan hanya itu derita masyarakat inhil…..
yang jadi karyawan di PT. RSUP pulau burung juga saat ini masih banyak yang menempati perumahahan yang tidak layak huni.. atap nya sidah banyak yang bolong2.. kemudian instalasi listriknya yang tidak standar, dan tidak ada di perumahahn tersedia alat pemadam kebakaran.. kalau tidak percaya coba saja lihat perumahan di parit 1 Pulau Burung di Blok F, G dll.. sunggguh menyedihkan
Melihat data yang sudah dijelaskan diatas, untuk saat ini memang sangat memprihatinkan, kondisi petani kecil yang bisanya hanya ngikut (sami’na waatho’na) terhadap PT, tanpa bisa ikut andil sedikitpun dalam menentukan harga…..! meskipun begitu bagaimanapun keadaanya semoga PT bisa lebih bijaksana terhadap petani kecil agar tidak terjadi penindasan,…! Berharap segera ada perubahan secepatnya…
Saya berharap ada solusi yang bisa membuat kita sama sama nyaman, baik dari pihak petani maupun pihak PT, Sambu,
kirim ke Jakarta saja. kita bisa terima Rp. 1500 – Rp. 1800 per butir.
hub 081 700 56 700
ikhsan@megachemical.com
skrng udah ada ekspor klpa…karma nya udah krsa ma sambu group… vek aja di http://economy.okezone.com/read/2011/01/30/320/419473/industri-kelapa-minta-ekspor-dihentikan