
Detikriau.org – Salah satu kota di tengah Italia, Amatrice, luluh lantak akibat gempa berkekuatan 6,2 skala Richter yang mengguncang negara itu pada Rabu (24/8). Gubernur Amatrice, Sergio Pirozzi, bahkan menyebut setengah dari kota yang dipimpinnya itu “menghilang.”
“Ruas jalan masuk dan keluar hancur. Setengah dari kota ini hilang,” ujar Pirozzi kepada stasiun televisi lokal, RAI, seperti dikutip Reuters.
Melanjutkan pernyataannya, Pirozzi berkata, “Orang-orang tertimpa reruntuhan. Ada pula tanah longsor dan jembatan-jembatan yang kemungkinan runtuh.”
Badan Perlindungan Sipil Italia mengatakan bahwa gempa bumi ini “parah” dan mereka sudah menerima banyak laporan kerusakan.
Hingga hari Kamis (25/8/2016), jumlah korban tewas terdata sebanyak 247 orang. Selain korban tewas, 368 orang mengalami luka, beberapa orang di antaranya dalam kondisi kritis dan sejumlah korban masih terjebak dibawah reruntuhan.
Gempa yang menghancurkan banyak bangunan tersebut membuat warga panik dan berhamburan ke jalan-jalan.
Sementara itu, warga yang selamat dari amukan gempa terpaksa menghabiskan waktu pada malam yang dingin di bawah tenda. Mereka belum mau kembali ke kediaman masing-masing karena khawatir masih ada gempa susulan.
Survei Geologi AS (USGS) menyatakan gempa 6,2 SR yang melanda di dekat Kota Norcia, Umbria, terjadi pada pukul 03.36 waktu setempat rabu (25/8).
Tim penyelamat masih mencari dan menarik korban di antara puing-puing bangunan dengan tangan kosong. Kebanyakan korban yang dievakuasi dalam kondisi berdarah. Suara jeritan untuk minta tolong juga masih terdengar di bawah reruntuhan bangunan.
Kantor berita Italia, Ansa, melaporkan kawasan terparah adalah Amatrice setelah kota kecil itu terbelah dua. Di antara para korban tewas, terdapat bayi perempuan berusia sembilan bulan yang ditarik dari puing-puing rumahnya.
Wali Kota Accumoli, Stefano Petrucci, mengatakan sejumlah bangunan telah rusak parah. Dia belum bisa memastikan jumlah warganya yang terkubur dipuing-puing bangunan.
”Semua rumah telah runtuh di Pescara del Tronto,” katanya kepada stasun televisi RAI. ”Saya belum pernah melihat adegan apokaliptik (seperti ini),” lanjut dia.
”Empat orang berada di bawah reruntuhan, tetapi mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Dua orang tua dan dua anak,” ujarnya.
Seorang fotografer bernama Emiliano Grillotti mengatakan ada petugas penyelamat menggali puing-puing bangunan yang hancur dengan tangan kosong untuk menyelamatkan empat keluarga. Petugas itu bertindak cepat setelah mendengar salah satu dari anak berteriak.
Wali Kota Amatrice, Sergio Pirozzi, mengatakan daerahnya telah mengalami kerusakan yang luas.
”Setengah kota hilang,” katanya.”Ada orang-orang di bawah reruntuhan. Ada tanah longsor dan jembatan runtuh,” katanya lagi.
”Tujuan utama sekarang adalah untuk menyelamatkan banyak nyawa yang mungkin bisa. Ada suara-suara di bawah reruntuhan, kita harus menyelamatkan orang-orang di sana,” imbuh dia.
Meski gempa terjadi di kawasan pedesaan Umbria, Marche, dan Lazio, sebagian besar korban berasal dari kota Roma. Sebab, banyak rumah di ketiga kawasan itu adalah milik warga Roma yang menempatinya hanya pada saat liburan musim panas.
Ini merupakan gempa terkuat di Italia setelah yang menimpa kota L’Aquila pada 2009 dan menewaskan sekitar 300 orang.
Guncangan gempa ini bisa dirasakan hingga Roma yang berjarak 150 kilometer dari pusat gempa. Gempa ini mengakibatkan Pemerintah Roma memerintahkan pemeriksaan struktur bangunan bersejarah Colloseum./*
sumber: sindonews / cnnindonesia


BERITA TERHANGAT
Ledakan Besar Terjadi, ini Video Detik-detik Roket Hantam Kota di Ukraina
Cuaca Ekstrem AS, Mahasiswa Tewas Kedinginan Saat Jalan ke Asrama
Suhu AS -48 Derajat Celcius, Sekolah Tutup dan Penerbangan Dibatalkan