15 Desember 2025

Media Ekspres

Mengulas Berita dengan Data Akurat

“Telaga Musim” Kenangan Indah Warga Teluk Pinang Itu Kini Semakin Pudar

Bagikan..
Kondisi terkini ruas Jalan Telaga Musim
Kondisi terkini ruas Jalan Telaga Musim

GAS, detikriau.org – Telaga Musim, begitulah nama jalan ini dikenal oleh masyarakat Kelurahan Teluk Pinang, Kecamatan Gaung Anak Serka (GAS), Kabupaten Indragiri Hilir.

Pemberian nama tersebut bukanlah sembarangan dan tanpa alasan. Namun, karena memang di jalan ini terdapat sebuah sumur yang menyerupai telaga dan digunakan oleh penduduk sekitar untuk melakukan ritual mandi pada Bulan Safar setiap tahunnya.

Sedangkan pemberian kata “Musim” yang mengiringi kata “Telaga”, sehingga menjadi “Telaga Musim” bukan pula asal-asalan. Sebab, masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang jalan ini banyak melakukan aktifitas musiman.

Seperti ketika musim berladang, banyak masyarakat setempat yang bercocok tanam padi di sawah milik mereka masing-masing atau hanya sekedar membantu orang lain dan mendapatkan bagian hasil untuk menutupi kebutuhannya sehari-hari.

“Kalau dulu, selain musim berladang, disini juga ada musim bermain bola kaki (sepakbola,red) dan biasanya sangat ramai didatangi oleh para penonton,” cerita Ali Ramli, selaku orang yang mengusulkan nama jalan tersebut.

Foto sumur atau telaga di Jalan Telaga Musim yang kini sudah dipenuhi tumbuhan dan rumput di tengahnya
Foto sumur atau telaga di Jalan Telaga Musim yang kini sudah dipenuhi tumbuhan dan rumput di tengahnya
Lapangan sepak bola
Lapangan sepak bola kini juga sudah tampak sangat tidak terawat

Belum lagi saat musim permainan rakyat, seperti musim layang-layang, guli (kelereng, red), gasing, yeye dan lain-lain. Banyak masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa memainkannya.

“Apalagi kalau musim sekolah, disini akan ramai anak-anak yang berpakaian seragam lewat setiap harinya. Karena memang disini ada satu sekolah Madrasah, yakni Abbasiyah,” terang Ali, yang juga Ketua RT 06 RW 03, Parit 8, Kelurahan Teluk Pinang ini.

Namun kini, sejumlah keunikan dan kelebihan tersebut perlahan-lahan mulai pudar, seiring dengan berjalannya waktu yang semakin hari semakin jauh meninggalkan masa-masa itu.

Masa dimana masyarakat saling bekerjasama dan bahu membahu mengerjakan aktifitas rutin mereka, seperti berladang, yang memang merupakan profesi yang digeluti oleh sebagian besar masyarakat setempat.

Permasalahan ini timbul dikarenakan ketidakmampuan masyarakat terutama dari segi ekonomi, untuk mencari bibit padi yang akan ditanam di ladangnya.

Apalagi, sejak sekitar 3 tahun belakangan ini, bantuan bibit padi dari Pemerintah Daerah (Pemda) tidak lagi mereka dapatkan, sehingga makin menyulitkan masyarakat setempat yang ingin berladang.

“Kalau dulu, kita pernah mendapat bantuan bibit dari Pemerintah, tapi sekarang tak ada lagi. Sedangkan bibit yang disimpan masyarakat sudah habis, dikarenakan padi yang ditanam gagal panen. Dan untuk membeli bibit baru tak sanggup, karena harganya mahal. Itu mungkin yang menjadi kendala masyarakat tak lagi menanam padi,” tambah Ali.

Kondisi tersebut, diperparah lagi dengan matinya lapangan sepakbola kebanggaan masyarakat setempat sejak beberapa tahun terakhir ini.

Dari lapangan yang dulunya bersih dan ramai dikunjungi, baik oleh para pemain sepakbola maupun penonton hingga menjadi semak belukar yang dipenuhi rerumputan tinggi tak terjamah.

Selain itu, kondisi ruas jalan yang rusak parah juga membuat keberadaan jalan ini semakin sepi dan suram. Dimana, hampir di seluruh badan jalan terdapat lubang-lubang besar yang dipenuhi air dan lumpur saat hujan turun.

Pemandangan tersebut memang tidak bisa terelakkan lagi, karena mengingat sudah sekitar belasan tahun jalan ini tidak pernah lagi mendapatkan perhatian dari Pemkab Inhil melalui SKPD terkait.

“Jalan Telaga Musim ini sudah lama tak diperbaiki, ada sekitar belasan tahunlah. Jadi kalau sekarang rusak parah, ya wajar saja,” terang Ali.

Padahal, keberadaan jalan tersebut sangat penting bagi masyarakat. Disamping sebagai akses menuju ladang atau kebun masyarakat dan digunakan oleh para siswa yang ingin menuntut ilmu di sekolahnya, juga merupakan jalan penghubung satu-satunya ke Kampung Baru, Kelurahan Teluk Pinang.

“Kita kasihan juga melihat siswa yang kesulitan lewat jalan ini, begitu pula guru-guru yang ingin mengajar di sekolah yang ada di Kampung Baru sana,” kata Ali lagi.

Oleh karena itu, ia berharap agar kondisi tersebut dapat menjadi perhatian Pemkab Inhil ke depan. Apalagi, keberadaan jalan merupakan kebutuhan penting guna menunjang kelancaran aktifitas masyarakat setiap harinya.

“Saya terus berdo’a, semoga Teluk Pinang bisa semakin maju dan berkembang di kemudian hari, tidak semakin tertinggal atau bahkan ditinggalkan, dan khusus Jalan Telaga Musim, saya harapkan bisa kembali ramai dengan aktivitas musimannya seperti waktu dulu,” imbuhnya. Adi