TEMBILAHAN (www.detikriau.org) – Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kabupaten Indragiri Hilir berupaya untuk memenuhi kebutuhan beras Bulog Inhil. Sayangnya hingga saat ini produksi beras petani setempat belum mampu memenuhi standar kualitas yang dimintakan.
“Dari informasi yang kita terima, Bulog setidaknya mampu menampung produksi beras petani hingga 800 ton per tahunnya. Peluang besar ini belum sepenuhnya mampu untuk dimanfaatkan oleh petani dikarenakan kualitas beras yang dihasilkan belum memenuhi standar yang dimintakan bulog,” Ungkap Kepala DTPHP Inhil, Wiryadi saat ditemui diruang kerjanya, kamis (1/11).
Salah satu persyaratan kualitas yang harus dipenuhi, beras patah maksimal hanya sebanyak 35 persen sementara beras hasil produksi petani setempat masih terbilang jauh dari persyaratan yang dimintakan.
Penyebab terjadinya beras patah ditambahkan wiryadi diantaranya saat pemanenan, kematangan buah padi tidak seragam dan ketika digiling akan mudah patah. Kemudian turunnya kualitas juga bisa disebabkan penumpukan padi. Beras panen yang belum mencapai usia matang maksimal ditambah kelembapan di daerah kita yang cukup tinggi akan mudah menyebabkan padi terserang jamur. Ketika digiling. Disamping juga beras mudah patah, warnanya akan menjadi kemerah-merahan. Penyebab lainnya, beras patah lebih disebabkan mesin penggilingan yang kondisinya sudah tidak layak.
“untuk mengatasi itu, terutama RMU yang tua dan semestinya memang sudah tidak layik pakai, kita sudah melakukan program revitalisasi. Tahun anggaran 2011 kemaren, kita sudah mendapatkan 4 RMU baru yang kita tempatkan di Kecamatan Batang Tuaka. 3 di Desa Sebatu dan 1 di Desa Sungai Luar,”Terang Wiryadi
Bantuan RMU ini pengelolaannya diberdayakan kepada Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA). Untuk 1 RMU target lahan minimal yang kita persyaratkan sebanyak 75 Ha sawah.
Beras Produksi Inhil Banyak Dipasarkan diluar Daerah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan DTPHP Inhil, 3 sampel dari 37 total jumlah RMU di Desa Sebatu Kecamatan Batang Tuaka, produksi beras yang dijual ke luar daerah lebih kurang sebanyak 60 ton perbulan dan hanya sebanyak 8 Ton disalurkan untuk kebutuhan inhil.
Jika 34 RMU lainya di Desa Sebatu perbulannya manjual 3 ton beras saja keluar Inhil artinya ada tambahan 102 Ton beras produksi petani yang dipasarkan keluar.
Berdasarkan keterangan petani, penampung hanya mematok harga Rp. 6.300 per Kg di lokasi pengapalan di Desa Pulau Palas untuk semua jenis beras. tetapi petani lebih memilih harga ini dibandingkan memasok kepada penampung di pasaran lokal karena sering mengalami kesulitan pembayaran dalam jumlah besar.
Beras asal Inhil ini kemudian dikirim ke Medan, Pekanbaru dan Kabupaten tetangga Rengat. Iapun menduga, beras hasil produksi lokal ini setelah dipoles ulang dan dikemas, sebahagian kembali dipasok untuk kebutuhan pasaran Inhil.
“Makanya disamping mentargetkan untuk memenuhi kebutuhan beras Bulog, kita juga mulai memberikan arahan kepada petani untuk berani menjual beras dengan merk mereka sendiri. Paling tidak, dengan beredarnya beras dengan merk sendiri disertai pencantuman lokasi asal beras yang jelas, pembeli akan mendapat informasi langsung. Harapannya petani tidak lagi tergantung kepada tangan kedua dalam pemasaran. kedepan jika kualitas bisa dijaga baik tentu akan mendapatkan pasar sendiri dan akan berimbas dengan naiknya harga yang diharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani.” Pungkas Wiryadi.(dro/*0)


BERITA TERHANGAT
Tindak Pidana Curanmor 9 TKP Libatkan Anak Di Bawah Umur Diungkap Polres Inhil
BPBD Inhil Terjunkan Tim untuk Padamkan Kebakaran Lahan di Desa Bayas Jaya, Kecamatan Kempas
Polres Inhil Ungkap Jaringan Narkotika Internasional, Amankan Shabu Hampir 3 Kg dan Puluhan Ekstasi